RSS

Ini tentang KEGALAUAN yang terus berulang



Gue nganggur dan gue jomblo... eh... bukan.. TAPI

"Gue produktif tanpa gaji dan gue belum dipertemukan dengan jodoh."

Bukan gue yang galau, tapi emak gue.


Aku sekarang udah nggak terlalu galau dengan masalah jodoh dan rejeki. Semua sudah diatur sama Allah. Jadi kita hanya berusaha saja sebisa mungkin. Tapi kayaknya emak nggak gitu.

Ibuku selalu menggalau kalo aku belum juga keterima kerja. Menggalau kalo ngeliat fakta bahwa aku masih jomblo. Kalo aku mah, mengganggap ini adalah suatu proses perjalanan hidup. Oke, aku jadi ikut galau ketika ibuku sedang galau. Ah sudahlah..

Yang paling kzl adalah ketika aku cerita tentang temenku yang udah nikah. Ibuku sangat amat membencinya. Ibuku sangat benci dengan temanku yang sudah nikah. Kemarin temenku ada yang dateng ke rumah dan bawa suaminya. Dan.. ibuku benci itu. Entah salah apa, tapi selalu kayak gitu. Ibuku juga sangat benci kalo aku cerita tentang keberhasilan temenku. Dia benci semua orang seumuranku yang bisa "lebih baik" dari aku. Awalnya aku nggak tau kenapa. Tapi sekarang aku tau kenapa.

Ibuku sudah terbiasa dengan kelancaran hidup kakakku, baik jodoh ataupun kerjaan. Ibuku juga sudah terbiasa dengan istilah "mencari kerja dari orang dalam". Yang notabene aku sangat tidak suka itu. Ibuku juga terbiasa dengan "kerja adalah duduk di kantor dengan berbagai macam rapat di dalamnya".

Mindset ini yang nggak bisa aku ubah. Dan aku serasa disetir harus mengikuti mindset semacam itu.

Nggak cuma itu, babeku pun kadangkala menambah runyam ide-ide indahku.

Ketika aku punya ide dahsyat untuk aku terapkan dalam kehidupanku, yang ide itu selalu tak wajar bagi orang awam, babe pasti menertawakan dengan tatapan mengejek. Itu sangat membuatku down. Babeku nggak menyadari bahwa anak ceweknya ini punya kelebihan dalam hal ide gila. Aku hanya ingin mereka (orangtuaku) saja yang tau. Tapi mereka sangat tidak menerimanya.

LALU dengan seenaknya, tadi ibuku menanyakan tentang CITA-CITAku. Aku dengan lemas menjawab, "nggak ada."

Kan dengan pikiran kolot mereka, aku nggak mungkin bilang kalau sebenarnya cita-citaku adalah "melakukan hobi dan digaji." Kan kerjaan paling enak kata Ridwan Kamil tuh.

Nggak gampang buat kerja yang sesuai dengan hobi. Harus dari nol. Tapi ya, aku harus jauh dari orang tua dulu. Biar nggak ada lagi yang menyetirku. Tapi apa daya, aku nggak bisa dilepas semudah itu. Istilahnya, gue telah tersegel.

Kalo masalah jodoh..... ah mbuh deh.