RSS

Tes MBTI lagi

Setelah sekitar hampir 3 tahun yang lalu, tepatnya Februari 2014, aku pernah mencoba tes MBTI.
Katanya sih itu penting buat menentukan pekerjaan yang sesuai dengan kepribadianmu.

Ini hasil tes MBTI ku waktu itu, bisa cek di sini : KLIK

Nah itu kan ya, jelas banget kalo hasil tes MBTI itu bergantung sama mood, alias bisa banget buat berubah-ubah.

Waktu itu aku pernah dapet hasil ESTP (The Doer).
Terus beberapa saat kemudian aku tes lagi. Hasilnya ESFP (The Performer).
Aku coba tes lagi di mood yang berbeda, hasilnya INFP (The Idealist).

Sekarang, baru aja, aku tes MBTI lagi dan hasilnya mengejutkan. Aku dapet hasi ESTP lagi.
Itu artinya: "The Doers" (Pelaku) & "Promoter" (Promotor)

Kalo menurut website yang aku pakai kali ini (mbti.anthonykusuma.com), penjelasannya seperti ini:

PENJELASAN SINGKAT

Fleksibel dan Toleran, mereka mengambil pendekatan praktis yang berfokus pada hasil yang langsung. Teori dan penjelasan konseptual membosankan bagi mereka ? mereka biasanya bertindak energik untuk memecahkan masalah. Berfokus pada dimana mereka saat ini, dan sekarang, bersifat sponta, menikmati saat-saat dimana mereka bisa aktif berinteraksi dengan orang lain. Menikmati kenyamanan material dan gaya. Mereka belajar sangat baik belajar dengan melakukan sesuatu.

CIRI-CIRI

  • Spontan, Aktif, Enerjik, Cekatan, Cepat, Sigap, Antusias, Fun dan penuh variasi.
  • Komunikator, asertif, to the point, ceplas-ceplos, berkarisma, punya interpersonal skill yang baik.
  • Baik dalam pemecahan masalah langsung di tempat. Mampu menghadapi masalah, konflik dan kritik. Tidak khawatir, menikmati apapun yang terjadi.
  • Cenderung untuk menyukai sesuatu yang mekanistis, kegiatan bersama dan olahraga.
  • Mudah beradaptasi, toleran, pada umumnya konservatif tentang nilai-nilai. Tidak suka penjelasan terlalu panjang. Paling baik dalam hal-hal nyata yang dapat dilakukan.

    SARAN PENGEMBANGAN

    • Belajarlah memahami perasaan dan pemikiran orang lain terutama saat bicara dengan mereka.
    • Belajarlah untuk sabar, menikmati proses, tidak semua hal bisa dicapai dengan cepat.
    • Sesekali luangkan waktu untuk merenung dan merencanakan masa depan Anda.
    • Cobalah untuk mencatat pengamatan-pengamatan Anda termasuk detailnya.

    PROFESI YANG COCOK

    Marketing, Sales, Polisi, Entrepreneur, Pialang Saham, Technical Support

    PARTNER ALAMI

    ISFJ atau ISTJ

Nah, kali ini yang aku garis bawahi adalah bagian Entrepreneur. Dari beberapa profesi, yang aku sukai cuma itu. Entah kenapa dari dulu aku selalu dapat saran buat jadi Sales dan Marketing. Padahal aku nggak suka. Atau kemungkinan besar aku udah salah jurusan. Hahaha.. Kalo itu mah, udah jelas dari dulu :D

Aku sekarang bingung mau ngapain.. :(

Sahabat itu cuma mitos kayaknya




Ketika aku menganggap mereka sahabat, ternyata mereka punya sahabat mereka sendiri dan itu bukan aku.

Rasanya lebih sedih daripada putus cinta.

Disitu aku ngrasa, kayaknya aku emang nggak punya sahabat.

Apa sih itu sahabat?

Mereka yang suka cerita ttg kebahagiaan mereka ketika kita sedih?
Atau curhat sedih dan berharap kita juga ikut sedih?

Aku pikir kok sahabat itu cuma mitos ya?


Ah sudah lah...

H-3 Huff Huff Huff..

Udah 3 tahun belakangan ini aku sangat tidak menikmati bulan November. Banyak dilema dan pertimbangan. Bahkan carut marut pikiran jadi tambah kacau.

Di bulan November, usiaku bertambah secara numerik. Bukan bahagia yang aku rasakan. Mungkin bersyukur karena masih diberikan kesehatan dan lingkungan yang baik. Alhamdulillah. Tapi di sisi lain, aku merasa aku adalah makhluk paling nggak berguna selama ini. Di kala yang lainnya sibuk meningkatkan karirnya, dan yang lainnya sibuk menimang baby nya. Aku?

Ya, kau lihat sendiri lah.

Tapi semoga semua ini ada hikmahnya. Rencana kita tak akan selalu mulus jika tidak diijabah oleh Allah. Insya Allah dengan semua rencana indah-Nya, aku bisa menjalani kehidupan dengan lebih baik.

Bismillah buat kuliah lagi.

Belajar dari pelajaran dan pemahaman hidup.

Semoga tahun 2017 aku udah menemukan jalan yang sesuai dengan rencana Allah. Aamiin.

Dilema ulang tahun (mother of deadline)



Kemarin, temenku ultah dan aku sengaja nggak ngucapin met ultah. Karena aku gak menganut itu. Nyatanya temen2nya udah banyak yg ngucapin ke dia kok.

Selain itu, karena aku juga gak mau diucapin met ultah. Justru aku malah khawatir.

Ketika yang lain ulang taun dan seneng2 aja diucapin selamat ultah, aku malah khawatir ketika aku ulang tahun. Kenapa?

Hal-hal yang bikin aku khawatir saat aku ulang tahun:

1. Umurku tambah banyak, artinya syarat kerja udah semakin banyak yang gak masuk di aku. Aku harus lebih giat lagi nyari kerja dan gak boleh idealis sama kemauan sendiri.

2. Deadline nikah, artinya semakin aku tua, akan semakin banyak yang menuntutku buat nikah. Ya salaam.. :(

3. Menyadari bahwa aku udah tua. Ini  jelas. Aku harus lebih bijak menyikapi segala hal. Gak bisa lagi manja2an ala anak kecil. Walaupun aku tetep pgn manja ke mama. Hahaa.

4. Udah mulai masuk generasi gak nyambung. Ini maksudnya, dibandingkan dengan anak2 jaman sekarang, aku pasti udah mulai dianggap generasi jadul. Dan pastinya aku udah bener2 nggak nyambung sama trend saat ini.

5. Harus mulai sadar diri. Sadar diri terhadap fashion yang gak bisa teenlit2an lagi. Biar aku bisa berpakaian sesuai umurku, padahal aku paling gak bisa kalo harus terlihat kelewat dewasa. Haha.

6. Dan banyak lagi.

Entah kenapa aku paling sedih saat aku masuk di umur baruku.

Dan ini akan terjadi bulan depan. Dan plis, tolong jangan ucapin selamat ketika aku ultah nanti. Tolong doakan saja semoga jodoh dan rejeki bisa lancar. Dan tolong selalu ingatkan aku untuk selalu berdoa dan ingat Allah SWT ya..

Aamiin.

#muhasabah

"KOK BISA YA??"

"Si Anu udah ganti pacar ya?"
"Iya, terakhir sebulan lalu masih sama si Itu."
"Lhah, padahal sama si Itu juga baru 2 bulan kan?"
"Iya, sekarang sama si Ini."

Obrolan absurd yang mungkin penting bagi mereka itu sungguh bikin aku mikir..
"KOK BISA YA??"

Kok bisa dengan mudahnya seseorang ganti pacar ketika masih dalam "masa idah". Hahaha.. Maap aku pake istilah itu. Lha gimana lagi, aku pikir itu cepet banget. Secepat itu move on dan secepat itu dapet yang baru. "KOK BISA YA?"

Aku aja lama banget move on nya, mana habis itu jadi jomblo menahun pula.
Kan jadi semacam timpang gimana gitu kan. Hahahaha #tertawangenes

Yang bikin aku penasaran tuh ya, gimana cara mereka pdkt dengan secepat itu sedangkan bau mantan masih melekat di keringet mereka. Apa iya si sasaran tembak gak mikir dua kali lipat buat nerima. Yaaa secara ya, siapa tau itu cuma pelarian aja gitu.

Ya emang gak bisa dipungkiri sih ya, biasanya yang punya cara jitu nembak sasaran itu pasti yang udah sering nembak. Dan yang gampang nerima tembakan orang kayak gitu, biasanya udah kelewat tenggelam dalam lautan gombalan. Bahahahaha...

EH

Jangan-jangan selama ini yang nggombalin aku itu juga mau nembak aku?

Dan karena aku rada geli sama gombalan-gombalan, aku jadi gak peka?

AH SUDAHLAH

Yang pasti sih, aku udah bisa mengidentifikasi, mana gombalan, mana pelarian, mana suka beneran.
Tapi masalahnya, yang suka beneran belum keliatan, jadi ya belum bisa di ident.

APA SIH? Haha.

Impian yang belum tercapai

Aku pingin banget memanfaatkan hobi menulisku menjadi sebuah hasil.
Tapi ternyata menulis novel itu tidak semudah yang dibayangkan. Kalo cerpen, jujur aja sih aku dah berhasil nulis banyak cerpen. Cuman ya sama aja, nggak menghasilkan, cuma jadi konsumsi pribadi dan temen2 deket doang. Saat ini aku pingin nulis yang sekalian panjang, ya novel gitu.

Aku kalau menulis di blog gini, atau cerita ke temen2 tentang kejadian apapun, aku bisa lancar nggak berhenti2. Tapi ketika aku punya niat untuk memulai menulis novel, entah kenapa susah banget buat menjaga konsistensi. Sering banget cerita itu berhenti dengan sedirinya di halaman ke sekian belas. Dan akhirnya aku lupa kalo aku harus menulis.

Ada banyak ide yang ingin ku tuangkan di novelku nanti. Tapi untuk saat ini aku pingin fokus ke satu ide ini dulu. Ide ini udah aku bikin ringkasan ceritanya, karakter pemeran utamanya, bahkan aku sudah buat endingnya kayak gimana.

Nah kan tinggal nulis aja tuh.

Butuh support nih. Semoga aku berhasil konsisten dengan tulisanku ya gaes. Aku sih pinginnya nulis di hp aja. Biar aku bisa nulis dimana aja. Trs klo ada ide apapun, bisa langsung ditulis lewat hp.

Semoga aku bisa menyelesaikan novelku ya.

Doakan doakan.  X-)

Minimal kelar aja deh. Urusan diterbitin atau enggak, itu urusan nanti. Tapi ya harus diterbitin dong kalo kelar. Hehe. Tapi ya itu tadi, yang penting kelar dulu sampe ending.

Aamiin. Bismillah.

Quote gak jelas tapi penting

#edisimalesnulis

Beres-beres mau pulang.

A: Ada yg ketinggalan gak?
B: Hatiku ketinggalan. Tapi biarin deh ditinggal, udah remuk ini.

#embuhdeh



Kalo piring pecah, boleh lah dibiarin gitu aja. Bahkan kalo perlu dibuang aja.

Tapi kalo hati pecah, pungutlah pecahan-pecahan hati itu sedikit demi sedikit walau sakit, siapa tau nanti ada yang bantu untuk merakitnya kembali.

#galautiadaakhir

Galau itu adalah tahap menuju kedewasaan. Hanya bagaimana cara menyikapinya. Kalo meleset ya jadinya alay.

Temukan teman bicara yang baik menurutmu, bukan hanya sekedar loyal terhadapmu. Bisa saja itu hanya kedok. Jangan biarkan masa mudamu habis buat hal yang tidak penting. Pilahlah. Lalu buatlah hal baik menjadi menyenangkan.

#motivasidadakan

Ini Tentang Balas Budi

Aku selama ini berusaha berbuat baik walaupun semuanya tidak berbalik padaku.
Aku pikir semua pasti ada hikmahnya.

Tapi semua berubah setelah kejadian kemarin.
Aku berteman dengan dua orang yang sedang merintis bisnis mereka. Kebetulan kami kenal lumayan baik.
Aku sangat iri dengan mereka.

Posisi kami ada di suatu stand pameran di kawasan Jogja. Stand kami jadi satu, sehingga kami bisa bercerita dengan sangat intens.

Salah satunya (sebut saja Andin) cerita padaku kalau dia sedang sakit perut karena dismenore (nyeri haid).
Tapi dia bela-belain dateng karena dia tidak enak dengan partnernya (sebut saja Sofia).
Sofia telah susah payah mengurusi stand yang mereka sewa di suatu pameran.
Dan demi Andin yang sedang nyeri haid pun Sofia bela-belain datang awal membawa semua barang yang akan mereka jual di pameran itu. Padahal barangnya tidak sedikit. Itu saja masih harus membantu stand sebelah yang juga temannya.
Aku pikir Andin akan tidak datang. Tapi ternyata dia datang. Dengan perut yang nyeri, dia datang, merampungkan semuanya, membiarkan Sofia yang sudah riweuh dari tadi untuk istirahat.
Satu hal lagi yang membosankan di telingaku adalah, kata-kata "terimakasih" dan "maaf" nggak pernah lupa mereka ucapkan. Sampai tak terhitung kata-kata itu sampai berapa kali terucap.

Aku melihat feedback yang sempurna di persahabatan mereka.

Aku kulik lagi tentang mereka.

Aku mendapati cerita dari Andin, dia selalu memuji-muji Sofia dengan semua hal positif. "Dia itu baik banget mbak, untungnya dia pengertian. Kalau aku sedang riweuh, dia mau dateng ke tempatku. Padahal rumah kami berjarak sekitar 8 km."

Aku penasaran juga dengan pendapat Sofia, "Andin itu baik banget. Dia selalu ngerti kalau aku nggak selalu bisa ke tempatnya, jadi dia mau bela-belai dateng ke rumahku. Jemput aku. Gitu juga sebaliknya."

KLOP!

Ungkapan yang sama dan feedback yang sempurna.

Aku iri banget.

Walau berbuat baik itu harusnya tanpa pamrih, tapi alangkah indahnya jika feedback itu ada.
Tidak selalu ingin dimengerti, tapi juga berusaha mengerti orang lain.
Minimal jika tidak bisa melakukan hal itu untuk membalas, cobalah melakukan hal lain yang setara nilainya.

Tidak cuma dengan hal yang berbau "fisik" tapi juga "mental".
Ingat lah dulu siapa saja yang membuatmu jadi bahagia (misalnya) seperti sekarang ini. Ucapkan terima kasih, atau lakukan sesuatu untuk membalasnya walau dia tidak mau.

Paling tidak, agar tidak ada rasa "negative thinking" tentangmu yang bisa saja dicap "nggak tau diuntung".

Tapi kayaknya emang semuanya harus pelan-pelan. #sigh

Pertanyaannya: Pernahkah kamu membalas budi?

Aku menangis untuk ke sekian kalinya

Lagi-lagi aku menangis.

"Kalau memang nggak ingin melihat orang bahagia, ya nggak usah buka sosmed lah."

Ya!
Rasanya aku memang nggak mau buka sosmed lagi. Tapi demi bisnis kecilku yang bener-bener nggak seberapa, aku harus beranikan diri buat buka sosmed.

Aku melihat mereka sudah memiliki kesuksesan mereka masing-masing.
Sukses berkeluarga.
Sukses bekerja.
Sukses sekolah lagi.
Sukses berbisnis.
Memiliki teman-teman baru.

Sedangkan aku yang gini-gini aja.

Aku tau kalau jodoh dan rejeki sudah ada yang ngatur. Setelah aku mulai anteng dengan kegelisahan itu, sambil ikhtiar aku terus berusaha menggapai kedua hal itu.

Tapi, ternyata belum selesai disitu, aku menguak lagi beban yang ada. Ternyata bukan cuma dua hal itu, tapi juga tentang pertemanan.

Semakin kesini aku semakin sulit mendapat teman, sulit menemukan cinta, sulit menerima keadaan.
Semakin kesini pula aku semakin dijauhi teman, bukan karena apa-apa, tapi karena mereka jelas punya kepentingannya masing-masing. Sehingga, mana peduli dengan kepentinganku yang sebenarnya butuh mereka.

Semakin tua umur ini, semakin aku tak mau menua, semakin aku tak bisa berpikir jernih.
Yang ku tau, aku hanyalah menjalani hidup, dan hidup aja gitu.. Hidup yang cuma hidup aja, kayak monyet gitu katanya.

Semakin banyak aku bercerita tentang pelampiasan rasa sepiku, semakin menghindarlah mereka yang katanya teman itu.

Hari ini aja aku udah melihat nyata bahwa teman-temanku telah menemukan "teman" baru sehingga mereka melupakan teman bodoh sepertiku.

Aku mungkin butuh waktu yang cukup lama untuk menemukan teman-teman seperti mereka. Secara aku adalah orang yang besar dengan rasa krisis kepercayaan yang tinggi. Aku nggak mudah mempercayai orang untuk menjadi teman. Dan ternyata, semakin tua, aku semakin tidak bisa mempercayai orang lain.

Maka, sendiri lah aku di sini.
Tanpa siapa-siapa.

Bahagiaku akan tumbuh ketika aku bersama kalian, wahai teman.
Teman yang mungkin tak lagi menganggapku sebagai teman.

Umurku memang segini, tapi aku nggak tau kenapa, perasaan mentalku stuck di umur 17 tahun.

Apa yang salah dari ku?
Apa yang sebenarnya akan ditunjukkan padaku?

Aku masih belum menemukannya.

Dan kini aku masih terus menangis. Terlihat ataupun tidak.
Nyatanya, nggak ada yang bisa menenangkan ku ketika aku menangis.
Yang mereka pikirkan, "Aku terlalu drama."

Hahahaha... BUAT APAAA??

Status orang yg berbuah pemikiran (masih tentang 'itu')

Kapan itu aku liat status orang di fb lagi share video ttg peristiwa ijab qabul yg lucu-lucu gt. Terus aku liat komentar yang ada di bawahnya, "Wah, udah mulai share kayak gini nih, tanda-tanda udah mau rencana.. Hbs itu mulai share ttg polah bayinih pasti."

Dari komentar itu, jadi terbesit pemikiran yang menyatakan bahwa aku setuju sama pernyataan itu. Bener juga ya, kebanyakan orang yang ngeshare video atau artikel kayak gitu, pasti sedang mengalaminya atau minimal akan mengalaminya.

Misal, baru mau nikah, share artikel prewed, atau gaun-gaun, atau desain undangan, sovenir unik, atau apapunlah.. Habis nikah, ntar share ttg keluarga, suami-istri, cara mengerti pasangan, atau apapun itu.

Yang ketara bgt itu adalah ketika udah mulai hamil, statusnya udah mulai share ttg kehamilan, atau treatment-treatment selama 9 bulan, dan sebagainya. Lalu dilanjutkan setelah melahirkan, share ttg polah lucu bayi atau cara merawat bayi yang benar menurut pakar, atau pakaian-pakaian lucu bayi..

Itu selalu terjadi, dan home fb ku udah mulai penuh dengan hal-hal itu. Ini tandanya sebagian banyak temenku udah siap menikah dan bahkan udah menikah dan punya anak. Kecuali yang bisa menahan diri, mereka nggak akan share hal-hal seperti itu (mungkin).

Sejauh pengamatanku sih kayak gitu.  Dan sejauh yang kurasakan juga, aku belum sampai tahap yang pertama. Hmmm... kini aku mulai berpikir, lalu apa yang terjadi padaku? Sepertinya aku menjadi minoritas yang tidak memikirkan itu.

Atau sebenarnya sudah terbesit, tapi aku termasuk yang menahan diri?

Entahlah..

Lalu, apa artinya aku ngeshare tulisan kayak gini? Hmmm.. ini masih menjadi misteri..

.
.
.

YA ampun gue sensi banget....!

Masih perihal curhatan masa kini. Umur-umur segini emang banyak sensi. Katanya, aku jadi lebih sensi setelah masuk umur 25. (yaiyalah)

Tapi seandainya tuntutan dari segala arah nggak ada, mungkin aku nggak se-sensi ini.

Apa yang membuatku sensi saat ini adalah:
1. Kerja di mana?
2. Kapan nikah?

Aku santai dengan ini, sebelumnya, karena aku punya pegangan bahwa rejeki dan jodoh itu udah ada yang ngatur.

Tapi coba bayangkan...

Jika kamu adalah:
- anak perempuan,
- bungsu,
- punya satu kakak yang udah jauh merantau dgn keluarganya,
- umur 25 hampir 26,
- sarjana tapi belum juga dapet kerja tetap,
- JOMBLO,
- merupakan cucu paling tua yang belum nikah (baik dari pihak keluarga ibu atau bapak),
- dicerca dua pertanyaan tadi (plus turunannya) oleh pihak manapun yang ada di depanmu.
- dan statement: "Keluarga udah siap sama panitia mantennya."

Coba apa yang kamu rasakan?

Nggak bisa membayangkan kan?

Merasa nggak peduli kan?

Atau merasa itu hal sepele?

Persis sama tanggapanku ke orang yang sering cerita tentang kehidupannya dan aku gak peduli. Karena aku cuma ngrasa itu hanyalah teori, tulisan belaka, nggak terjadi di hidupku.

Aku masih berusaha menerima cerita-cerita dari berbagai pihak, tapi aku lebih bisa memahami jika aku pernah merasakan itu.

Semua kesensianku muncul dari pertanyaan lubuk hati: "Kenapa harus aku yang begini tapi mereka nggak? Kan jadi nggak ada yang tau perasaanku."

Tapi seketika sensiku memudar ketika ada seorang teman bilang, "Semangat Ni, kamu bisa melaluinya lebih baik dari aku. Kamu juga akan dapat rejeki yang sesuai dengan usahamu. Masalah jodoh, serahkan saja sama Allah. Semoga mendapatkan yang terbaik buat kamu."

Sepatutnya teman memang harusnya begitu.

Bukan datang memberi kabar bahagia lalu pergi dengan tidak menghibur teman yang sedang sedih.

Mungkin itu yang buat aku sensi saat ini...

Silakan berucap tentang kehidupan kalian, tapi jangan lupa doakan teman yang sedang berjuang. Nggak boleh gengsi ya, Nia!

Makasih buat semua pihak yang mengingatkan.
(makasih juga yaa buat kamu yang kuharapkan nggak cuma jadi teman. hahaha)

Sakit itu tak selalu nampak



Aku hanya menceritakan tentang perasaan terdalam ku, sebagai cewek yang ditinggal teman terdekatnya. Ditinggal demi orang lain yang telah berkomitmen untuk masa depannya.

Aku kadang mbatin, jangan-jangan hanya aku yang mikir kayak gini. Ternyata beberapa teman dan sepupuku merasakan hal yang sama. Ketika aku menanyakan, "Apa yang sebenarnya kalian rasakan ketika satu teman dekat kalian nikah, padahal seharusnya kalian masih bisa menikmati hari menyenangkan bersama?"

Jawabannya sama. "Itu sangat menjengkelkan dan membuat jarak yang jauh secara tiba-tiba."

Ketika kami yang sedang bahagia-bahagianya mempunyai teman dekat, dan secara dini ada teman dekat menikah. Menikah di saat kami belum siap untuk menemukan teman baru... Itu terkadang yang membuat kami benci dengan pernikahan. Selain sebal, nggak jarang juga jadi bahan perbandingan di keluarga. "Itu si X udah nikah, kamu kapan?"

Yakk. Hal itu terjadi padaku.

Tp bukan kebencian ini yang akan aku bahas. Melainkan perasaan yang ditinggal nikah.
Aku sebagai pengamat yang baperan ini, telah merasakan rasa sakit hati yang sepedih ini setidaknya dua kali.
Pertama saat ada teman seangkatan wisuda lebih dulu (dan pamer toga di sosmed). Kedua, saat teman dekat menikah lebih dulu (yang kemudian pamer kemesraan di sosmed).

Kami (para teman yang ditinggal nikah) merasakan hal yang pedih bertubi-tubi. Pertama ketika mendengar rencana pernikahan, menerima undangan, dan kenyataan bahwa akan terjadi jarak di antara kita. (Cieee. Ups. Ini serius.)

Kata salah satu teman, "Aku paling nggak suka kalo ada temen yang udah nikah duluan. Semuanya pasti bakal beda. Misal diajak ngumpul, bilangnya pasti selalu 'sorry aku gak bisa, aku harus nunggu suami pulang' atau kalo enggak 'wah mau dong ikut, tapi istriku ikut ya.' Itu bikin maless."

Sepupuku bahkan bilang gini, "Dia sadar dia udah nikah duluan, sedangkan kami yang ngajak ngumpul belum pada nikah dan masih gini-gini aja. Dipikir kami gak cemburu? Kami sebel dan cemburu. Mana pake pamer suap-suapan pula. Nggak sopan!"

Aku nggak nyangka ternyata ada juga orang lain yang berpikiran sama denganku.

Jodoh memang sudah ditentukan. Tapi perasaan dan persahabatan bisa saja rusak karena adanya ikatan pernikahan.

Aku pernah dimarahi sama temen sendiri gara-gara aku menyakiti perasaan orang hamil. Dan memang orang yang udah nikah dan hamil atau punya anak itu pasti akan memiliki kehidupan barunya (juga lebih diperhatikan -- ya sama pasangan, sama teman, sodara, mertua, semua..).
Dan mereka sudah tidak mempedulikan kami yang merasa ditinggalkan, yang sebenarnya masih butuh seorang teman yang seperti mereka.
Teman yang sama, bukan teman yang tiba-tiba berubah jadi orang tua yang sok ngatur kayak yang ada di rumah.

Ada satu teman lagi bilang, "Emang ya, kalo udah emak-emak itu temennya ya sama emak-emak yang lain. Bukan sama kita yang masih ngunyah permen karet."

"Dan pemikiran orang yang udah kerja juga jadi beda, udah nggak seasik dulu lagi. Mereka jadi sok nasehati gitu." lanjutnya.

Umur udah tua, tapi jodoh ada yang ngatur. Maka sempurna lah kesakitan ini akan terus menggerus, karena semakin lama, akan semakin banyak teman-teman yang meninggalkanku.

Aku akan semakin jauh dengan mereka, dan aku cuma bisa ngomong sama tembok (lagi).

Aku bisa sangat memaklumi semua yang telah terjadi. Karena ini lah kenyataannya. Tapi aku sangat tidak terima jika, aku harus selalu memahami keadaan mereka sedangkan mereka tidak memahami keadaanku (keadaan kami untuk pada umumnya).
Mungkin mereka hanya menganggap kami sebagai pengacau dan pembuat onar di kehidupan rumah tangga teman kami sendiri. Tapi sebenarnya.... kami tak sudi teman kami direbut orang yang baru saja dikenalnya lalu diajak menikah lalu semena-mena menjauhkan kami dengan teman kami.

Kami juga punya hati.

#suarahatiyangditinggalpergi

Ini yang harus disiapkan kalo mau ganti kelas bpjs kesehatan

Yang butuh ganti kelas di bpjs, saya bakal kasih infonya.. Terutama di kota Jogja. Semoga di kota-kota lain juga sama.

Oiya, sebelumnya, udah tau kan kalo mulai april 2016 iuran bpjs mau naik? Naiknya jauh banget pulaa..
Tapi sebenernya saya mau ganti kelas bukan karena iuran yang naik, tapi karena di faskes saya itu kalopun saya pake bpjs kelas 1, nantinya saya tetep dapet kelas 2. Kenapa? Karena antri ruangan inapnya puanjangg..
Eee... Tapi kok ternyata ada berita bahwa iuran bakal naik, ya sekalian aja. Biar nggak terlalu kaget besoknya.


Syarat buat yang mau ganti kelas bpjs:

1. Masa aktif harus sudah 1 tahun. Cek di kartu bpjs mu, di bawah barcode itu ada tanggalnya. Biar gak sia-sia pas udah antri ke kantor bpjs, eee kok ternyata belum bisa diproses.. Ini lah yang terjadi padaku. Kurang seminggu doank padahal.

2. Bawa kartu bpjs. Buat jaga-jaga sekalian bawa fotokopiannya juga.

3. Bawa ktp dan fotokopinya.

4. Bawa kartu keluarga dan fotokopinya. Klo ini kyknya yg asli gak usah dibawa gak papa. Tapi apa salahnya jaga-jaga. Daripada bolak balik gt.

5. Bawa buku tabungan yang buat bayar iuran dan fotokopinya. Ini penting karena mengubah kelas itu kaitannya sama iuran alias duit. (Ini aku tadi lupa, jadi aku harus balik ke rumah lagi gt.)

6. Dateng ke kantor bpjs pagi-pagi, kalo perlu sebelum kantornya buka. Yakin deh, pasti udah banyak yang ngantri sebelum kamu dateng. Khusus kota Jogja: kalo yang bpjs mandiri, kantornya di utara balai kota. Kalo yang pns dan instansi, kantornya di gedongtengen.


Jangan kaget juga kalo pas ngantri, walaupun kamu dapet antrian nomor awal (nomor 3 misalnya), kamu bakal tetep nunggu lamaaa... Karena satu kostumer paling cepet dilayani selama 15 menit.

Dah itu aja deh ceritaku. Ini pengalamanku waktu pingin ganti kelas dari kelas 1 ke kelas 2. Semoga bermanfaat..

Mereka pikir aku....

Mereka pikir aku pengecut..
Mereka pikir aku nggak mau berubah..
Mereka pikir aku payah..
Mereka pikir aku penakut...

Dan semua kata-kata mereka tentang aku yang masih aja di Jogja sampai saat ini.
Bahkan mereka pikir aku terlalu menutup diri buat lingkungan baru.

Mereka tidak tahu betapa sulitnya menjadi aku yang tidak bisa sebebas mereka.

Tinggal lama di Jogja memang nyaman. Sekaligus membuatku menjadi kurang pengalaman di bidang perbolangan.
Cari kerja di Jogja sangat sulit, maka mereka yang bilang aku pengecut itu memilih untuk melenggang jauh dari Jogja. Demi materi.

Aku ingin seperti mereka, aku sangat mampu. Tapi aku tak bisa.
Ketidakbisaanku ini bukan tanpa alasan. Dan kebanyakan mereka tidak menerima alasanku.

Aku anak terakhir yang sangat sayang orang tua. Yang tidak tega meninggalkan orang tua sendiri di rumah.
Apa jadinya jika mereka tanpa aku. Yaa kurang lebih seperti itu.

Kalian yang sudah pergi keliling dunia itu pastilah telah mendapat ijin untuk pergi, berbuat yang membanggakan. Apa jadinya jika orang tua kalian tidak memberi ijin? Atau memberi ijin, tapi terpaksa. Dengan kata-kata khas orang tua, "Ya udah sana terserah."
Bagiku, itu bukan artinya memberi ijin. Itu sulit dimengerti. Dan itu yang membuatku akhirnya tetap tinggal di Jogja, dengan tumpukan lamaran kerja yang tak kunjung mendapat jawaban. Bahkan jika terjawab pun, hanya sampai di tahap wawancara, dan tidak lolos.

Aku nggak ngerti ya, mereka pikir aku harus kerja di luar Jogja dengan pendidikanku yang seperti ini. Tapi aku tidak ingin. Aku nggak mau menyia-nyiakan kebersamaanku dengan keluarga. Menurutku, kebahagiaan orang tua dan berpiknik bersama mereka itu melebihi dari semua materi yang ada. Aku nggak mau pergi dari rumah ini. Biarkan aku besar di rumah kecil ini, asalkan aku selalu bersama orang tua ku. Setelah kakakku satu-satunya berhijrah ke kota orang, tinggal lah aku di sini yang harus menjaga mereka.

Intinya mah... Why? Mengapa? Mengapa cari kerja di Jogja susah banget sihh...

BEGOO!!

Akhir-akhir ini aku merasa sangat sedih... Kenapa? Karena aku sangat bodoh tidak bisa menerima kebahagiaan orang lain.

Aku ngrasa ketika mereka bahagia dan aku sedang tidak bahagia, itu semuanya tidak adil. Apalagi mereka yang sering menunjukkan kebahagiaannya di sosmed atau apapun itu.

Aku masih ngrasa bodoh ketika semua kebaikanku yang kuberikan ke mereka, malah aku ungkit-ungkit demi feedback dari mereka. Kata Egha, temen seperjuanganku, mengharapkan feedback dari oranglain atas kebaikan kita adalah mitos.

Dan bodohnya lagi, ketika aku mengatakan pada orang bahwa hidup janganlah idealis. Nyatanya akulah orang paling idealis di kehidupanku sendiri. Menghadapi diri sendiri adalah hal terberat bagiku.

Seketika semua kebodohanku muncul, orang lain di sekitarku pun mengatakan hal yang sama. Bahwa aku BEGO!!

Sampai sini aku masih belum bisa menerima keadaan. Semua keadaan yang ada di hadapanku. Yang kurasa itu adalah malapetaka bagiku. Nggak bisa!

Aku sudah mulai gila sekarang. Dari dalam diriku mengolok-olokku, ditambah orang lain yang dengan semena-menanya menjatuhkanku. Kubenturkan kepala ke tembok. Aku berharap amnesia. Lupa dengan semua keadaan. Sehingga semua orang memaklumi keadaanku.


Oke. Ini titik paling berat dalam hidupku.

Dari semua yang terjadi, aku tak mendapatkan hikmah apapun KECUALI kesabaranku sedang diuji. Dengan sikap yang masih seperti ini, tidak mungkin Allah memberikan amanah apapun padaku.

Maka, aku harus lalui semua ini dengan tegar dan selalu berusaha. Aamiin..

Walau ketegaran itu tak selamanya menyenangkan.


NB: ngomong-ngomong mataku kok gini amat ya

(Nulis di tablet)