RSS

#DILEMAPENGANGGURAN ditambah #DILEMAJOMBLO

Muka gue pas bikin pos ini =D

Gabungan antara pengangguran dan jomblo bisa disebut juga double attack!!

Gimana enggak, lha wong yang ditanyain semua orang kepada kita (baca: sarjana) ya cuma bab itu-itu doank. Kapan kerja? Kerja apa? Kapan nikah? Kapan punya anak? Kapan punya cucu? Kapan punya cicit? Kapan bikin klan sendiri? Kapan bikin dormitory? Kapan mbangun kingdom? #ahsudahlah

Kadang kita jadi merasa kecil ketika kita ditanya kapan kapan dan kapan. Jawaban mentok adalah: "tunggu waktunya saja, semua sudah ada yang ngatur." Hahaha... Pencitraan biar nggak keliatan bego bego amat, paling enggak ada usaha buat jawab.

Tapi, kalo disebut pengangguran, aku sebenernya nggak nganggur-nganggur amat. Masih mending aku punya kerjaan jadi tentor privat. Yaaa, walaupun masih gak cukup buat hidup di jurang perjuangan yang sebenarnya. Untungnya aku masih ada rumah yang di dalamnya ada kasur, makanan, TV, internet, air melimpah dan lain-lain (bukan sombong lho. ini kenyataan. haha).

Tapi jujur aja aku pingin segera punya kerjaan yang bisa dibilang sebagai kerjaan. Ya paling enggak KTP ku biar nggak selamanya bo'ong. Pas perpanjangan KTP kemarin, aku ngisi kolom pekerjaan sebagai : karyawan swasta. Pffftt~ Ye lah, tentor privat termasuk karyawan swasta lah yaaa.. Anggap saja gitu.
Habisnya, nggak ada kolom fresh graduated sih.. Apa boleh buat. Daripada aku tulis jadi Dokter, malah berabe ntar. Bisa-bisa aku nyuntik orang lewat njus njus njus.

Dan sampai berita ini diturunkan, saya masih jomblo. Umur segini dengan kualitas super gini (narsis dikit gapapa lah ya), aku masih jomblo. Sedangkan teman-teman saya kebanyakan sudah menggaet calonnya masing-masing. Dan bahkan banyak yang sudah mengarungi bahtera rumah tangga. Lha gue? Masih asik aja mainan POU di hape, sama scrolling web lowongan kerja. Ahahaha.. Nasib nasib.

Tapi aku akui, bahwa aku termasuk cewek tangguh. Ketika cewek-cewek yang lain belanja dengan didampingi nganu-nya, belanjaannya pada dibawain. Aku? Bawa box segede gaban sendirian, belanjanya bareng emak, aku yang bawa semua belanjaannya. Sendirian keliling-keliling supermarket, bawa list belanjaan. Seabreg kantong kresek menggelantung di motor. I will be a strong wife. Aih.

Oke teman, ambil positifnya saja dari semua dilema-dilema ini..

Positifnya adalah..... Selama mencari, tingkatkan kualitas diri, dan TETAP BERJUANG!!! #mukajones HAHAHAHA

Atas dasar kebingungan dalam mencari pekerjaan

Ini udah jalan lima bulan setelah aku wisuda sebagai Sarjana Sains dari Fakultas Biologi UGM. Sejujurnya aku ingin segera bekerja. Tapi aku nggak mau kerja yang hubungannya sama biologi. Kenapa? Ya karena aku tidak mau. Otak kiriku udah terlalu rabun untuk menganalisis. Hahaha...

Selama ini aku masih bingung. Sembari aku bingung memikirkan aku harus kerja apa, akhirnya aku mengisi waktuku dengan mengajar les privat anak SD. Walau tak seberapa pendapatannya, yang penting lumayan untuk mengisi waktu luang. Dan sedikit bisa terlihat sibuk. Hehe. Ditambah rutinitas les bahasa inggris yang sangat aku butuhkan demi pencarian pekerjaan. Bahasa inggrisku kacau seketika setelah aku ditelan penuh-penuh oleh bahasa jepang. Lebih asik belajar bahasa jepang sih, menurutku. Haha.

Keinginanku sejak masih kuliah, aku ingin kerja sesuai dengan kemampuan dan kesenanganku. Karena selama ini aku udah kuliah tanpa ada dasar kesenangan. Cuma berdasarkan rasa tanggung jawab karena sudah dengan ceroboh memilih jurusan ini (dan diterima --- dan lulus). Maka, kini aku butuh energi ekstra untuk mencari tahu, sebenarnya hal yang ku sukai itu apa?

Mungkin karena hampir 5 tahun aku kuliah di dunia yang menurutku antah berantah, aku jadi sudah kehilangan arah. Udah jarang melakukan segala aktivitas hobi. Dan aku jadi ketinggalan info yang biasanya aku ikuti (jujur aku udah nggak ngerti, aku udah ketinggalan komik naruto sampe berapa volume). Hidupku hanya terkuras utuh di kegiatan kuliah demi mengejar ketertinggalanku selama ini. Ini biologi, men! Bahkan waktu SMA aja aku tidur (atau ke kantin) pas jam pelajaran biologi. Hahaha.. Kupikir aku nggak bakal lulus, tapi 4 tahun 10 bulan dengan IPK 3,24 mungkin udah cukup membanggakan (bagi orang tuaku).

Sudah, sudah, lupakan tentang biologi.

Sekarang saatnya mencari pekerjaan. Karena aku bingung, maka kuputuskan aku browsing di internet berkaitan dengan "tes kepribadian untuk menentukan pekerjaan".

Akhirnya aku temukan situs yang mungkin sedikit membantu. Alamatnya tipskarir.com dengan judul artikel: Tes Bakat Kepribadian Online untuk Menentukan Jenis Pekerjaan yang Cocok.

Setelah aku mengikuti tes itu, hasilnya sangat mencengangkan. Aku disarankan untuk menjadi ilustrator busana/desainer. Gile aje... Hahahaa.. Bahkan dasar-dasar desain pun aku nggak ahli. Dan aku juga nggak ngerti, pekerjaan semacam ini bakalan menghasilkan uang atau tidak (gue cupu banget ya.. wkwk).

Ini dia hasilnyaaa.. Sungguh mencengangkan.. 0_0


Gara-gara aku dapet hasil kayak gitu, aku langsung memutuskan membuka web ahlidesain.com. Ternyata ada artikel yang bertajuk: Tes Kepribadian Otak Kiri dan Otak Kanan dalam Desain.

Ada gambar dua tangan yang saling bertangkup dan gambar dua lengan yang saling melipat. Katanya, kombinasi kerja otak saat melakukan kedua hal itu, mempengaruhi pekerjaan sebagai desainer.


1. Tangan saling bertangkup.
2. Lengan saling melipat

Dari gambar satu, jika jempol kanan ada di atas jempol kiri, maka otak kiri lah yang dominan. Lalu, pada gambar dua, jika lengan kanan ada di atas lengan kiri, maka otak kiri lah yang dominan. Begitu juga sebaliknya.

Hasilku adalah Kanan-Kanan. Begini ulasannya:

Suka tantangan dan tidak suka basa-basi (tipe langsung)

Ketika mereka telah menentukan sesuatu, mereka akan melakukan hal tersebut sesegera mungkin. Sangat suka coba-coba dan juga menyukai hal-hal yang berbau tantangan. Berani untuk menghadapi bahaya / resiko tanpa berpikir panjang (yang kadang-kadang melakukan sesuatu secara konyol).

Kelemahannya adalah mereka tidak mendengar kata-kata atau nasihat orang lain, mereka akan berpikir ulang atau memikirkannya jika mereka benar-benar berharap atas apa yang mereka ingin dengar saja pada suatu percakapan dan suatu hal (mereka akan mendengarkan Anda jika menurut mereka menarik saja bagi mereka). Bagaimanapun juga, kerena tidak suka basa-basinya mereka cenderung menjadi seseorang yang populer.

Orang yang mempunyai kepribadian ini bisa dikatakan sangat cocok di bidang desain dan seni. Seperti yang kita tahu otak kanan adalah digunakan secara dominan dalam bidang desain. Karena mereka suka tantangan, mereka suka bereksplorasi dengan hal baru, cara pandang yang baru, berpikir ‘diluar kotak’, yang membuatnya mempunyai kesempatan menemukan konsep atau ide desain yang baru. 
Imaginasi mereka juga sangat hebat. Nah, namun perlu juga diingatkan terkadang mereka tidak terampil dalam melakukan sesuatu sehingga mereka lebih cocok menjadi ‘bank’ konsep dan tim kreatif

Aku baca-baca artikel itu, semacam banyakyang nggak cocok. Aku suka tantangan, tapi aku takut coba-coba. Karena aku takut kegagalan. Kalau tidak mau mendengar nasehat orang lain, itu sih bener. Aku tidak suka basa-basi, tapi aku nggak terlalu suka jadi populer. Tapi, dari seluruh ulasan di atas, aku sangat setuju dengan kalimat ini:

".... terkadang mereka tidak terampil dalam melakukan sesuatu sehingga mereka lebih cocok menjadi 'bank' konsep dan tim kreatif."

Oke, mungkin aku bisa mempertimbangkan hasil tes ini... :)

Cita-cita: Aku pingin jadi bos!! SEMANGAT!!

Mungkin selama ini aku grogi

Ini masih tentang wawancara kerja. Aku berusaha mencari solusi agar aku tak lagi phobia interview. Aku udah mencoba minta saran pada teman-temanku, tapi mereka tak pernah memberi solusi. Ya, menurutku seperti itu, walaupun mereka punya maksud baik. Tapi, mereka nggak merasakan apa yang kurasakan. JAdi kadang aku nggak setuju dengan sarannya. Aku pikir, aku harus mencari solusi atas masalahku dengan kemampuanku sendiri. Kan yang tau kekurangan kita, ya kita sendiri kan. Lalu aku menemukan artikel yang berhubungan dengan phobia ku ini. Mungkin aku hanya grogi.

Judul artikel yang di lansir di tipskarir.com ini bertajuk "Atasi Rasa Grogi Saat Wawancara Kerja". Mari kita ulas, sebenarnya apa yang salah pada diriku, sampai-sampai aku begitu takutnya dengan wawancara. Karena, misi pertamaku adalah harus mengatasi masalah 'yang satu ini' sebelum aku daftar kerja.

1. Sebelum wawancara di esok hari, kita harus punya waktu tidur yang cukup.

Waktu tidurnya sekitar 7-9 jam paling tidak 3 hari sebelum wawancara. Gile aje.. Tapi, bener juga sih. Dengan begitu kan badan bisa lebih fresh dan nggak grogi.

"...berdasarkan hasil pengamatan dari pakar kesehatan, ketika anda memiliki waktu yang cukup untuk tidur, akan sangat membantu anda dalam meningkatkan konsentrasi serta rasa percaya diri saat proses wawancara kerja berlangsung."

Ahahaha... Mungkin ini penyebabnya, aku selalu insomnia kalau sudah tau bakal ada wawancara kerja. Saking stressnya, aku harus berulang-ulang baca buku petunjuk interview, sampai terbawa mimpi. Dan aku jadi nggak mau tidur, takut mimpi lagi. #tepokjidat

2. Persiapkan wawancara.

Katanya, kita harus pelajari dulu posisi yang diinginkan dalam pekerjaan itu. Terus, kita seharusnya juga sering meluangkan waktu untuk belajar lebih banyak ke orang-orang yang pernah bekerja di bidang itu. Tapi, apa yang kulakukan? Saking groginya, aku sampe takut buat cari tau tentang kerjaan yang aku lamar nanti. Duh duh. Ini gak boleh diulangi!! Maka, aku harus belajar! :)

3. Melatih berbicara dan kontak mata.

Dalam hal wawancara dengan bahasa indonesia, aku sudah sering berlatih. Tapi tidak untuk bahasa inggris. Di keluargaku yang jago bahasa inggris cuma kakakku yang di luar kota sana. Bapak-ibuku cetakan orang dulu, jadi nggak paham bahasa inggris, apalagi grammar. Dari segi lingkungan, bahasa inggrisku sangat minim untuk bisa dipraktekkan. Sedangkan di lingkungan teman-teman, aku sangat minder, karena mereka kelewat ekspert. Apalagi aku seorang yang bullyable, jadi, aku takut salah. Kalau salah, aku (pasti) dibully. Parno doank sih. Tapi beneran takut. #ngelespanjanglebar #haha #tukangngelesbutuhles

Mengenai kontak mata, hahahahaha, mungkin aku memang payah untuk hal ini. Ketika aku latihan menjawab wawancara dengan sedemikian rupa saat di rumah, semua akan berubah ketika aku kontak mata. Semacam ctrl+a > del > ctrl+s (ditambah wajah yang melongo). Dan setelah beberapa detik, aku pasti tanya, "Bisa diulangi?" #bodoh #bakayarou #stupid #begopakebanget

4. Sebelum wawancara, harus sarapan dulu.

Selama ini, gara-gara aku takut telat, dan deg-degan berkepanjangan, aku sering melupakan sarapan. Apalagi saat detik-detik menjelang wawancara. Terkadang malah jadi kebelet pipis (efek grogi kali ya..)
Ah sudahlah...

5. Tarik napas dalam-dalam.

Ah, kalo ini mah, tarik napasku udah kelewat dalam. Selalu sangat amat dalam. Jadi sepertinya sudah kulakukan dengan (kelewat) baik. Ini dilakukan supaya denyut jantungnya teratur.

6. Persiapkan jawaban

Perlu saya ulangi lagi?
Ketika aku latihan menjawab wawancara dengan sedemikian rupa saat di rumah, semua akan berubah ketika aku kontak mata. Semacam ctrl+a > del > ctrl+s (ditambah wajah yang melongo). Dan setelah beberapa detik, aku pasti tanya, "Bisa diulangi?"

Oke, saya ulangi lagi...
Ketika aku latihan menjawab wawancara dengan sedemikian rupa saat di rumah, semua akan berubah ketika aku kontak mata. Semacam ctrl+a > del > ctrl+s (ditambah wajah yang melongo). Dan setelah beberapa detik, aku pasti tanya, "Bisa diulangi?"

Minta diulangi lagi? ----- SUDAH CUKUP ! Hahaha~

"Sebelum anda akan memberikan setiap jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pihak pewawancara, ada baiknya jika anda dapat mencerna setiap pertanyaan tersebut kurang dari 10 detik dan setelah itu baru anda menjawab pertanyaan tersebut. Anda harus mengusahakan menjawab setiap pertanyaan tidak dengan terbata-bata, karena hal tersebut dapat mengesankan kalau anda memang tidak siap untuk wawancara kerja yang anda jalankan."

----

Oke, sekarang aku tau (banyak) kekuranganku. Aku harus lebih berlatih lagi.
PR-nya adalah banyak-banyak istirahat, biasakan sarapan, belajar banyak tentang pekerjaan, latihan kontak mata, dan latihan wawancara. #duhbanyak

SEMANGAT BARENG-BARENG YA PARA JOBSEEKER !!! :) :) :)

Zona (tidak) Nyaman

Statusku saat itu

Seperti postingan-postingan sebelumnya, aku pernah mengungkapkan bahwa aku sebenernya nggak ingin melalui jalanku yang seperti ini. Inilah namanya takdir. Semua sudah ada yang mengatur. Dan aku telah lama bersyukur dengan semua yang telah terjadi. Tentu saja ini baik untukku.

Tapi aku sangat terusik ketika ada beberapa orang yang menyarankanku untuk keluar dari zona nyaman. Mereka sudah mulai sok tau. Aku harus keluar dari mana? Padahal selama ini aku nggak menemukan zona nyamanku.

Sudah berkali-kali aku ungkapkan di blog pribadiku ini. Aku sangat pandai menyugesti pikiranku. Aku tahu ini adala zona tidak nyamanku, maka aku yakinkan diriku bahwa aku bisa mengubahnya jadi zona nyaman. Dan itu berhasil. Sekarang aku mulai bertanya-tanya, jangan-jangan zona nyamanku yang sebenarnya telah menjadi zona tidak nyamanku untuk saat ini?

Ini bukan hari kebalikan. Tapi hidupku benar-benar sudah terbalik. Bahkan aku mulai tidak siap dengan kenyamanan yang ada. Tapi aku bisa mengubah zona tidak nyaman menjadi nyaman bagiku hanya saat aku mulai terdesak. Ketika tidak ada pilihan lain.

Saat ini sejujurnya aku ingin kembali ke zona nyamanku. Entah yang mana. Aku hanya ingin kembali ke zona nyamanku. Dan mungkin inilah tantangannya!!

Perjalanan belum berakhir. Selama ini aku terbiasa diarahkan (read: tidak dipaksa diarahkan), sekarang aku harus bisa mengarahkan diriku sendiri.

Ra urus karo omongan uwong sing teng tlecek ra nggenah.... :)

English Logic : Kemana-mana pinginnya diakui

Statusku di suatu hari... Liker sengaja nggak ditunjukkan. Hahaha..
Mungkin ini disebabkan karena aku nggak terlalu jago bahasa inggris, jadi aku bisa men-judge seperti ini.

Awalnya aku terlalu antusias belajar bahasa jepang karena berharap bisa kuliah di sastra jepang. Kalian tau sendiri kan, bagaimana orang jepang susah sekali menerima bahasa inggris. Begitu pula denganku. Aku sudah terlalu lama bergelut dengan bahasa jepang (walaupun nggak ekspert-ekspert amat). Kurang lebih 10 tahun belakangan ini. Dan ditambah lagi kehidupanku yang kental dengan bahasa jawa, semakin membuat aku tidak terlalu peka dengan bahasa inggris.

Lalu apa yang ingin ku bicarakan saat ini?

Aku heran aja ya. Memang benar sih, bahasa inggris adalah bahasa internasional. Tapi di jepang dan korea, mereka tidak terlalu mahir bahasa internasional yang kita cintai itu #hoek. Hal itu menyebabkan semua pendatang yang akan tinggal di jepang atau korea, selalu (minimal sebagian besar) menjalani masa belajar bahasa jepang atau korea selama 6 bulan. Lalu, kenapa di indonesia tidak?

Jikalau ya, kami berkunjung ke amerika (misal), wajar jika kami belajar bahasa inggris, karena mayoritas bahasa mereka adalah inggris. Sebagai tamu, wajib untuk mempelajarinya. Tapi ketika para bule itu datang ke indonesia, kenapa mereka nggak sedikitnya belajar bahasa indonesia.

*Bagi bule yang telah bersusah payah belajar bahasa indonesia, bahkan bahasa daerah, aku beri penghargaan tertinggi untuk kaum bule yang aku kenal. #plokplok

Aku masih nggak habis pikir, kenapa ketika orang nggak bisa bahasa inggris, selalu dipandang sebelah mata. Dan mau nggak mau harus dibuat bisa bahasa inggris. Ini gila! Dulu ketika bahasa indonesia pernah jadi bahasa internasional, nggak gitu-gitu amat. Ah, aku ngrasa kurang adil dengan semua ini. (INI TIDAK ADILLL!!!) #lebaydikitlah

Oiya, sekali lagi. Ini hanya opini gamblangku. Hanya pikiran bodohku. Karena ini blogku, jadi sesukaku mau nulis apa. Hahahaha... Mungkin ada beberapa orang yang setuju dengan opiniku ini.


Sesuatu yang kutakutkan ketika melamar pekerjaan: Wawancara

Bisa dibilang aku phobia interview / wawancara. Semacam ada yang mengusik pikiran aja kalo aku harus diwawancarai. Apapun kepentingannya.

Dari dulu, aku benci diwawancara. Kenapa? Karena wawancara itu selalu mengungkit-ungkit masa lalu yang tak ingin kuingat. Itu memancingku buat meneteskan air mata dan mendadak melow. Padahal seharusnya aku lebih bahagia agar orang-orang yang mewawancaraiku lebih mengenalku sebagai orang yang ceria. Tapi semua hancur gara-gara ingatan masa lalu.

Wawancara / interview yang dulu-dulu itu kebanyakan menanyakan, "Apa motivasimu untuk mengikuti ini?"

Selalu dan pasti ada yang semacam itu, apapun jenis wawancaranya. Pertanyaan itu sangat sensitif bagiku. Karena keinginan mengikuti suatu kegiatan dengan senang hati (bahkan kerjaan), tidak selalu lebih kuat dibanding keinginanku untuk mengalihkan semua kegalauan yang sering muncul di pikiran.

Jadi, aku nggak pernah bisa menjawab sesuai dengan keinginan pewawancara. Mungkin aku bisa berbohong demi kelancaran wawancara, tapi pasti selalu dibarengi tetesan air mata. Kenapa? Karena aku takut bohong.

Dan..... sekarang aku mengalami phobia wawancara. Apapun jenis wawancaranya. Sebagai narasumber atau kepentingan interview kerja, aku selalu merasa takut. Takut kenapa? Entahlah. Aku hanya tidak ingin kejadian yang sama terjadi. Apalagi kalau pertanyaannya mengenai prinsip. Susah rasanya berbohong hanya demi kepentingan materi atau apalah namanya.

Jadi, mungkin aku milih-milih kerjaan karena aku nggak mau diwawancara.
Tapi demi kerjaan, itu harus dihadapi. Nggak boleh terlalu idealis. Tapi... Huh!
Kenapa harus ada wawancara sih? *menangis*

Galaunya orang nganggur yang keren #wkwkwk

Kegalauan meningkat ketika aku sudah mulai "berumur". #lagiserius

Ya, baru agustus kemarin aku berhasil di wisuda (liat sini). Dan entah kenapa aku nggak terlalu bangga.
Sekarang, aku pingin kerja yang sesuai sama hobiku.
Apa aja hobiku? Ya ngeblog ini, nyoret-nyoret keras, jalan-jalan, narsis, foto-foto... Ya semacam itu lah..

Kenapa aku ngebet banget pingin kerja yang sesuai sama hobiku?