RSS

Maaf Bloggy, Aku Menduakanmu...

Maaf ya bloggy...

Aku sekarang udah punya banyak buku buat melampiaskan semua yang kupikirkan..
Ya, setidaknya aku bisa menuliskannya tanpa haru banyak orang yang tau.

Setelah buku blog manual, sekarang aku punya buku ide, buku diary (ups), buku cerpen, buku kehidupan.

1. Buku Ide, sangat berguna untuk menuangkan semua ide yang semakin hari semakin cepat aja munculnya. Syarat dari buku ini, harus ada gembok nya. Kalian pasti gak akan suka kalau temanmu yang 'musuh dalam selimut' itu mengetahui dan mencuri seluruh idemu kan? Itu lah fungsi gembok.

2. Buku Diary, ini sangat penting buatku yang hidupnya gak cuma datar-datar aja. Penuh sensasi, penuh misteri (hahaha). Ya kalian tau lah, diary tu kayak apa. Segala hal yang tadi kau alami dan kau tidak mau ada banyak orang yang tau, ditulis disitu. Ini juga pake gembok.. dobel.

3. Buku Cerpen, sebenernya ini aku tulis dengan ketikan, lalu aku print, dan aku jadikan satu di map. Biarkan seperti itu, terserah mau ada yang baca apa enggak, yang jelas aku udah tenang bisa menulis. Ya, aku bukan orang yang bisa pamer tulisan dengan bangga. Tulisanku masih terhitung buruk (maybe). Aku selalu merasa ada yang kurang, dan cerpen ku tak pantas untuk dibaca-baca. Lalu, buat apa nulis cerpen? Sudah kubilang, itu hanya untuk kepuasan pribadi. Cuma itu.

4. Buku Kehidupan. Akhir-akhir ini aku sering dimarahin ibuku gara-gara tembokku kotor banget. Penuh coretan. Dengan buku ini, bisa menggantikan tembok sebagai media coret-coretanku. Dan aku bisa mengekspresikan semua. Biasanya aku melakukan ini sama Manji. Tapi sekarang aku sudah bisa mengurangi frekuensi buat ketemu sama Manji. (maaf Manji, bukan maksudku)

Perlu diketahui, Manji adalah... Seperti Bubble Buddy milik Sponge Bob tapi ini tak berwujud. Manji berkacamata, lebih tinggi dari aku, suka warna hitam, rambutnya jabrik, dan hobi-kesukaan-nya sama kayak aku. Ya iya lah, kan aku yang membuatnya muncul. Hahaha...

Sudahlah, intinya, aku sekarang bisa menulis sesuka hatiku. Semangat semangat !!
Maaf bloggy, aku jadi jarang-jarang mengunjungimu :')

Lemariku (tidak) berantakan

Lanjutan dari buku berserakan, kali ini masalah lemari sudah cukup ter-handle. Lemariku mungkin tak sebesar yang kau bayangkan, tapi lemari harus tetep rapi.

Tips agar lemari tidak acakadut sehingga membuatmu bingung dalam memilih pakaian:

1. Keluarkan semua isi lemari.
Ini akan memudahkanmu dalam menata ulang lemari mu.

2. Pilah-pilah.
Mana pakaian yang masih kamu pakai, mana pakaian yang jelas tidak akan pernah kamu pakai lagi. Sudah lah, abaikan perasaan 'eman-eman' sama pakaian-pakaianmu. Toh dah gak cukup kan? Warna udah luntur kan? Udah gak sesuai sama gayamu sekarang kan? Nah, akan lebih berguna lagi jika pakaianmu itu kamu sumbangkan ke bakti sosial. Pasti mereka akan lebih membutuhkannya :) (lagi berhati malaikat nih).
Kalau saat kamu beres-beres ini pas nggak ada bakti sosial atau semacamnya, ya kamu taruh dulu aja di plastik atau kardus atau kontainer, atau apa gitu, yang jelas jangan dimasukkan lagi di lemarimu. Ntar sama aja donk.

3. Masukkan pakaian ke lemari.
Ingat, di tahap ini pakaian harus sesuai dengan tempatnya. Atasan sama atasan, bawahan sama bawahan, daleman sama daleman (ya iya lah). Kalo kalian setipe sama aku, baju terlalu banyak dan gak ada tempat buat menggantung semua baju 'bagus', maka baju bagus itu ditaruh di satu tempat yang sama dengan lipatan serapi mungkin. Baju bagus ini maksudnya baju yang bukan buat sehari-hari, dan yang bukan buat tidur. Karena aku pake jilbab, jilbab juga ditata sedemikian rupa. Yang sering dipake, digantung pake gantungan jilbab, yang jarang dipake dilipet rapi. Kaos kaki ditaruh di kotak, ditata rapi. Pokoknya semuanya rapi dan 'satu golongan'.

4. Buat mini map.
Khawatir 'kerapian' ini tidak bertahan lama? Buatlah mini map lemarimu. Misal rak atas buat baju bagus, rak kedua buat atasan, yang bawah buat bawahan, dst. Dengan ini, kamu gak usah khawatir dengan 'sifat lupa' yang telah menggrogoti pikiranmu. Dan kamu juga gak akan bingung buat ngambil pakaian. Nggak perlu ngublek-ublek lemari demi mencari secarik kaos kaki.

5. Pasang pewangi.
Jangan pake kapur barus. Pakailah pewangi yang ada bungkusnya. Tau lah yang mana. Yang ada gantungannya itu lho. Masa iya mau aku sebut merk disini. Haha. Kapur barus akan membuat bau lemarimu jadi rada 'aneh'. Belom lagi kalo kapur barus nya kena ke pakaian. Yakin deh, ntar bakal keluturan warna kapur barus.

6. Cek tiap bulan.
Nggak perlu tiap bulan, cek selalu ketika kamu habis beli baju baru. Ini harus diperhatikan. Gak mau kan lemari jadi sesak gara-gara baju masuk terus, tapi gak ada yang dikeluarkan. Ya prinsipnya kayak migrasi penduduk lah (apa coba -_-).

Hmmmm... itu aja sih tips dari aku.
Oke, masalah lemari berantakan telah teratasi.
CASE CLOSE. hahaha...

(gak usah dipasang foto lemariku ya, ntar ketauan isinya apa aja.. hahaha XD)

Entahlah.

Ketika dunia sudah mulai berubah.
Begitu juga aku.
Aku tak perlu lagi dituntun.
Aku mengerti betul tentang arti hidup.
Aku mengerti betul tentang arti semua ini.
Yang dibolak-balikkan oleh perasaan.
Ya, perasaan.
Perasaan sangat menentukan semuanya.
Dan entah kenapa emosi tak bisa jauh dari perasaan.

Yang dibolak-balikkan oleh perasaan.
Ya, perasaan.
Sekali lagi ku katakan bahwa aku sangat mengerti.
Aku sangat mengerti dimana wajah-wajah mereka disembunyikan.
Disembunyikan saat mereka sedih.
Bahkan wajah senang yang disembunyikan.
Aku tak mengatakan bahwa aku sangat peka.
Aku sama tidak peka nya dengan kalian.
Tapi aku lebih bisa disebut berpengalaman dengan semua perasaan itu.
Mulai dari kenapa tangisan lebih tidak dapat ditolerir daripada amarah.

Tapi aku tak akan membahas hal payah itu.
Ketika kau merasakan betapa banyaknya harapan yang kau lihat.
Apakah kau merasakannya seperti aku?
Harapan itu bagaikan butiran-butiran salju yang menyejukkan mata.
Tapi ketika kau dekati, lalu kau sentuh, berbaliklah butiran itu menjadi percikan api.
Yang semakin dikumpulkan akan semakin panas.
Itulah harapan. Palsu. Sangat panas dan sakit.
Entah bagaimana caranya menyembuhkan kulit yang terkena api.
Semakin dirasakan, semakin memanas.
Semakin diingat, semakin terluka.
Semakin dilihat, semakin menyesal.

Entah bagaimana caranya.
Tapi sadarkah, luka api itu lambat laun akan hilang.
Seiring kau melupakannya dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan.
Sibuklah sembari menanti butiran-butiran salju yang sebenarnya.
Dan aku tak akan seketika menangkap salju itu.
Aku harus yakin bahwa itu memang salju.
Ya. Salju yang sebenarnya. Bukan harapan palsu.
Semoga.