RSS

Ini Tentang Balas Budi

Aku selama ini berusaha berbuat baik walaupun semuanya tidak berbalik padaku.
Aku pikir semua pasti ada hikmahnya.

Tapi semua berubah setelah kejadian kemarin.
Aku berteman dengan dua orang yang sedang merintis bisnis mereka. Kebetulan kami kenal lumayan baik.
Aku sangat iri dengan mereka.

Posisi kami ada di suatu stand pameran di kawasan Jogja. Stand kami jadi satu, sehingga kami bisa bercerita dengan sangat intens.

Salah satunya (sebut saja Andin) cerita padaku kalau dia sedang sakit perut karena dismenore (nyeri haid).
Tapi dia bela-belain dateng karena dia tidak enak dengan partnernya (sebut saja Sofia).
Sofia telah susah payah mengurusi stand yang mereka sewa di suatu pameran.
Dan demi Andin yang sedang nyeri haid pun Sofia bela-belain datang awal membawa semua barang yang akan mereka jual di pameran itu. Padahal barangnya tidak sedikit. Itu saja masih harus membantu stand sebelah yang juga temannya.
Aku pikir Andin akan tidak datang. Tapi ternyata dia datang. Dengan perut yang nyeri, dia datang, merampungkan semuanya, membiarkan Sofia yang sudah riweuh dari tadi untuk istirahat.
Satu hal lagi yang membosankan di telingaku adalah, kata-kata "terimakasih" dan "maaf" nggak pernah lupa mereka ucapkan. Sampai tak terhitung kata-kata itu sampai berapa kali terucap.

Aku melihat feedback yang sempurna di persahabatan mereka.

Aku kulik lagi tentang mereka.

Aku mendapati cerita dari Andin, dia selalu memuji-muji Sofia dengan semua hal positif. "Dia itu baik banget mbak, untungnya dia pengertian. Kalau aku sedang riweuh, dia mau dateng ke tempatku. Padahal rumah kami berjarak sekitar 8 km."

Aku penasaran juga dengan pendapat Sofia, "Andin itu baik banget. Dia selalu ngerti kalau aku nggak selalu bisa ke tempatnya, jadi dia mau bela-belai dateng ke rumahku. Jemput aku. Gitu juga sebaliknya."

KLOP!

Ungkapan yang sama dan feedback yang sempurna.

Aku iri banget.

Walau berbuat baik itu harusnya tanpa pamrih, tapi alangkah indahnya jika feedback itu ada.
Tidak selalu ingin dimengerti, tapi juga berusaha mengerti orang lain.
Minimal jika tidak bisa melakukan hal itu untuk membalas, cobalah melakukan hal lain yang setara nilainya.

Tidak cuma dengan hal yang berbau "fisik" tapi juga "mental".
Ingat lah dulu siapa saja yang membuatmu jadi bahagia (misalnya) seperti sekarang ini. Ucapkan terima kasih, atau lakukan sesuatu untuk membalasnya walau dia tidak mau.

Paling tidak, agar tidak ada rasa "negative thinking" tentangmu yang bisa saja dicap "nggak tau diuntung".

Tapi kayaknya emang semuanya harus pelan-pelan. #sigh

Pertanyaannya: Pernahkah kamu membalas budi?